Sydney - Berpuasa
selama tiga hari bisa menumbuhkan sistem kekebalan tubuh, bahkan pada
mereka yang berusia lanjut usia. Para ilmuwan menemukan terobosan ini
sebagai suatu yang "luar biasa". Meskipun berpuasa dikritik banyak pakar
nutrisi, tetapi hasil riset menunjukkan bahwa membuat tubuh lapar
mendorong sel-sel tubuh memproduksi lebih banyak sel darah putih yang
berguna untuk melawan infeksi.
Para ilmuwan dari University of Southern California (USC), seperti
dikutip situs Sydney Morning Herald edisi 6 Juni 2014, mengatakan temuan
ini bermanfaat khususnya untuk mereka yang menderita kerusakan sistem
kekebalan tubuh, seperti pasien kanker yang mengalami kemoterapi. Puasa
juga bisa membantu para lansia yang sistem kekebalan tubuhnya menjadi
kurang efektif.
Ilmuan mengatakan bahwa puasa mengganti dengan cepat batang sel-sel
untuk menciptakan sel darah putih, terutama memperbaiki sistem kekebalan
tubuh. "Hal ini menjadikan batang sel maju dan mulai berkembang biak
serta membangun kembali seluruh sistem," kata Valtor Longo, profesor
gerontologi dan ilmu biologi di USC, seperti dikutip situs Telegraph.
Tubuh, kata dia, bisa membebaskan bagian-bagian dari sistem yang
kemungkinan rusak atau sudah tua serta bagian yang tidak efisien selama
berpuasa. "Kini Anda bisa mulai dengan sistem yang sudah sangat rusak
akibat kemoterapi atau penuaan, siklus puasa bisa memperbarui, secara
literal, membangun sebuah sistem kekebalan tubuh yang baru," ujar dia.
Berpuasa lama akan mendorong tubuh untuk menggunakan simpanan glukosa
dan lemak sekaligus memecah porsi sel-sel darah putih secara
signifikan. Pada masing-masing siklus puasa, proses tersebut mendorong
perubahan yang memicu batang sel memperbarui atau sel-sel sistem
kekebalan tubuh.
Dalam percobaan, para relawan diminta untuk berpuasa secara rutin
selama dua atau empat hari dalam periode enam bulan. Para ilmuwan
menemukan bahwa puasa yang lama juga menurunkan enzim PKA yang ada
hubungannya dengan penuaan dan hormon yang meningkatkan risiko kanker
dan pertumbuhan tumor.
"Saat Anda berpuasa, sistem mencoba untuk menyimpang energi dan yang
bisa dilakukan dalam menyimpan energi adalah mendaur ulang banyak
sel-sel kekebalan yang tidak diperlukan, khususnya yang rusak," kata
Longo. Berpuasa selama 72 jam juga melindungi pasien kanker melawan
dampak toksin dari kemoterapi.
"Hasil studi ini menunjukkan bahwa berpuasa kemungkinan meredakan
efek berbahaya dari kemoterapi," ujar penulis hasil riset, Tanya Dorff,
assistant professor of clinical medicine di USC Norris Comprehensive
Cancer Center and Hospital. Lebih lanjut Longo mengatakan, "Tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa berpuasa bisa berbahaya sebaliknya ada
bukti kuat yang menunjukkan bahwa berpuasa sangatlah bermanfaat."
0 komentar:
Posting Komentar
Sampaikan komentar anda dengan baik. Komentar yang mengandung unsur SARA, Pornografi, dan Pencemaran Nama Baik akan dihapus...