Profil Puskesmas Bojongsari
Adalah salah satu Puskesmas yang berada di Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga - Jawa Tengah.
Apel Pagi Puskesmas Bojongsari
Apel pagi selalu dilaksanakan sebelum melakukan aktifitas pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini berfungsi sebagai sarana untuk saling berbagi informasi dari karyawan yang ada di Puskesmas Bojongsari
Acara Perpisahan Ibu Sri Hartiningsih dan Ibu Mulyani
Pada hari sabtu tanggal 12 Januari 2013 Puskesmas Bojongsari mengadakan acara perpisahan untuk dua karyawan Puskesmas Bojongsari. Ibu Sri Hartiningsih yang sudah memasuki masa pensiun dan Ibu Mulyani yang dipindahtugaskan di DKK Purbalingga..
Sabtu, 26 April 2014
Kencing manis bisa sembuh ? hati - hati terpedaya iklan
4/26/2014 09:21:00 AM
Fauzan
No comments
Saat
ini banyak sekali iklan – iklan baik di media cetak maupun media
elektronik yang menawarkan pelayanan kesehatan untuk penyembuhan
berbagai jenis penyakit, salah satunya kencing manis. Lalu apakah benar
kencing manis merupakan penyakit yang dapat disembuhkan ?. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya kita mengenali terlebih dahulu
seluk beluk penyakit kencing manis.
Didalam tubuh ada sebuah organ bernama Pankreas yang bertugas
untuk memproduksi hormon insulin. Tugas hormon insulin sendiri adalah
untuk mengantarkan makanan (zat gula) yang kita makan untuk dapat masuk
kedalam sel agar dapat diubah menjadi energi yang akan digunakan oleh
tubuh kita untuk beraktifitas dan bekerja. Bila diilustrasikan hormon
insulin adalah anak kunci yang membawa zat gula, kemudian dipermukaan
sel, insulin akan menempel pada reseptor insulin yang bertindak sebagai
pintu masuk bagi zat gula. Insulin akan memberi rangsangan yang akan
menyebabkan reseptor insulin terbuka dan zat gula dapat masuk ke dalam
sel. Apabila jumlah insulin yang mengantarkan zat gula sedikit atau
bahkan tidak ada, maka zat gula akan tetap berada didalam darah. Hal
inilah yang mengakibatkan tingginya hasil pemeriksaan gula dalam darah,
yang dikenal dengan sebutan penyakit kencing manis.
Kencing Manis merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya
kelainan metabolik dimana tubuh tidak dapat atau kurang berhasil
memproduksi insulin. Keadaan tersebut akan berlangsung seumur hidup.
Sehingga untuk dapat mengantarkan zat gula kedalam sel, tubuh memerlukan
bantuan insulin dari luar tubuh yaitu insulin buatan. Namun tidak semua
penderita kencing manis memerlukan insulin buatan karena beberapa
aktifitas dan obat – obatan tertentu juga dapat merangsang produksi
insulin atau meningkatkan sensitifitas reseptor insulin dalam tubuh.
Berdasarkan jenisnya, Kencing manis digolongkan menjadi beberapa tipe, diantaranya :
1. Kencing manis tipe 1
Terjadi karena pankreas dalam tubuh sama sekali tidak dapat menghasilkan
insulin. Akibatnya penderita kencing manis tipe 1 mutlak membutuhkan
insulin buatan seumur hidupnya. Pada umumnya, kencing manis tipe ini
diderita oleh anak – anak dan sangat sulit dideteksi.
2. Kencing manis tipe 2
Pada tipe 2, pankreas masih dapat memproduksi insulin namun jumlahnya
tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Dapat terjadi akibat adanya kerusakan
pada Pankreas. Pada umumnya, diidap oleh orang dewasa dan berkaitan erat
dengan pola hidup yang kurang sehat seperti asupan gizi yang melebihi
kebutuhan tubuh (kegemukan), kurang olahraga, kebiasaan konsumsi makanan
manis dan lain sebagainya.
Saat ini banyak sekali iklan – iklan baik di media cetak maupun media
elektronik yang menawarkan pelayanan kesehatan untuk penyembuhan
berbagai jenis penyakit, salah satunya kencing manis. Lalu apakah benar
kencing manis merupakan penyakit yang dapat disembuhkan ?. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya kita mengenali terlebih dahulu
seluk beluk penyakit kencing manis.
Didalam tubuh ada sebuah organ bernama Pankreas yang bertugas
untuk memproduksi hormon insulin. Tugas hormon insulin sendiri adalah
untuk mengantarkan makanan (zat gula) yang kita makan untuk dapat masuk
kedalam sel agar dapat diubah menjadi energi yang akan digunakan oleh
tubuh kita untuk beraktifitas dan bekerja. Bila diilustrasikan hormon
insulin adalah anak kunci yang membawa zat gula, kemudian dipermukaan
sel, insulin akan menempel pada reseptor insulin yang bertindak sebagai
pintu masuk bagi zat gula. Insulin akan memberi rangsangan yang akan
menyebabkan reseptor insulin terbuka dan zat gula dapat masuk ke dalam
sel. Apabila jumlah insulin yang mengantarkan zat gula sedikit atau
bahkan tidak ada, maka zat gula akan tetap berada didalam darah. Hal
inilah yang mengakibatkan tingginya hasil pemeriksaan gula dalam darah,
yang dikenal dengan sebutan penyakit kencing manis.
Kencing Manis merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya
kelainan metabolik dimana tubuh tidak dapat atau kurang berhasil
memproduksi insulin. Keadaan tersebut akan berlangsung seumur hidup.
Sehingga untuk dapat mengantarkan zat gula kedalam sel, tubuh memerlukan
bantuan insulin dari luar tubuh yaitu insulin buatan. Namun tidak semua
penderita kencing manis memerlukan insulin buatan karena beberapa
aktifitas dan obat – obatan tertentu juga dapat merangsang produksi
insulin atau meningkatkan sensitifitas reseptor insulin dalam tubuh.
Berdasarkan jenisnya, Kencing manis digolongkan menjadi beberapa tipe, diantaranya :
1. Kencing manis tipe 1
Terjadi karena pankreas dalam tubuh sama sekali tidak dapat menghasilkan
insulin. Akibatnya penderita kencing manis tipe 1 mutlak membutuhkan
insulin buatan seumur hidupnya. Pada umumnya, kencing manis tipe ini
diderita oleh anak – anak dan sangat sulit dideteksi.
2. Kencing manis tipe 2
Pada tipe 2, pankreas masih dapat memproduksi insulin namun jumlahnya
tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Dapat terjadi akibat adanya kerusakan
pada Pankreas. Pada umumnya, diidap oleh orang dewasa dan berkaitan erat
dengan pola hidup yang kurang sehat seperti asupan gizi yang melebihi
kebutuhan tubuh (kegemukan), kurang olahraga, kebiasaan konsumsi makanan
manis dan lain sebagainya.
Waspadai, Hipertensi Merusak Organ Tubuh Secara Diam-diam
4/26/2014 09:20:00 AM
Fauzan
No comments
Semakin pesatnya teknologi dan mordernisasi, dapat mengubah gaya hidup
dan pola makan yang sering tidak disadari berakibat buruk terhadap
kesehatan seseorang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi misalnya, kini
tergolong penyakit tidak menular yang paling banyak diderita
masyarakat. Namun, sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa dirinya
menderita hipertensi.
Hal itu, menurut Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia Prof dr
Suhardjono, karena hipertensi tidak menunjukan gejala. Tidak sedikit
orang yang datang ke dokter baru diketahui mempunyai hipertensi, bahkan
banyak juga yang sudah mengalami komplikasi organ.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi, tidak bisa
diduga-duga begitu saja, tetapi harus diukur dengan alat pengukur
tekanan darah. Tekanan darah yang normal berkisar antara 120-110/80-70
mmHg. Lebih dari itu, maka kita harus waspada Karena jika terjadi
peningkatan tekanan darah berkepanjangan akan merusak pembuluh darah di
sebagian besar tubuh.
Pada tahap awal, hipertensi memang tidak menunjukkan gejala, tetapi jika
tekanan darahnya mencapai 250, bisa menimbulkan gejala seperti kejang
dan pandangan kabur. Bagi seseorang dengan tekanan darah di atas 160
sudah harus minum obat hipertensi. Dan jika seseorang sudah terkena
hipertensi, seumur hidupnya harus minum obat. Jika tidak minum obat
secara teratur maka hipertensinya tidak terkontrol dan akan berakibat
buruk bagi kesehatan dirinya.
Organ tubuh seperti ginjal, jantung dapat rusak akibat hipertensi yang
tidak diobati dengan benar, Bayangkan, di dalam ginjal terdapat jutaan
pembuluh darah kecil yang berfungsi sebagai penyaring produk sisa darah
yang harus dikeluarkan . Apabila pembuluh darah di ginjal rusak, maka
kemungkinan aliran darah berhenti membuang limbah dan cairan esktra dari
tubuh. Jika cairan melimpah dalam pembuluh darah, maka dapat
meningkatkan tekanan darah. “Tekanan darah yang begitu hebat dapat
merusak dinding-dinding pembuluh darah dan juga bisa merusak jantung,”
kata Prof Suhardjono.
Melihat risiko yang tinggi itu, sangatlah “miris” jika hanya sedikit
saja orang yang mengabaikan kesehatannya. Saat ini prevalensi hipertensi
di Indonesia 31,7 persen atau sepertiga penduduk Indoneisa, sekitar 50
juta lebih penduduk menderita hipertensi. Dari jumlah itu, 50 persennya
tidak mengetahui dirinya hipertensi.Sedangkan dari 50 persen yang tahu
menderita hipertensi, separuhnya tidak minum obat. “Dan parahnya lagi,
dari 50 persen yang minum obat itu, hanya separuhnya yang minum obat
secara teratur. Ini jadi masalah,” ungkap Prof Suhardjono
Perlu upaya prevensi
Meskipun penderita hipertensi harus minum obat seumur
hidupnya, tetapi kualitas hidupnya masih dijaga dengan mengatur pola
makan dan gaya hidup sehaat. Sementara untuk mencegah agar kita
terhindar dari risiko hipertensi, maka sejak dini sudah menjalani hidup
sehat, antara lain, kurangi konsumsi garam, tidak merokok, olah raga
fisik minimal 30 menit sehari, dan perbanyak makan sayur dan
buah-buahan.
Semakin pesatnya teknologi dan mordernisasi, dapat mengubah gaya hidup
dan pola makan yang sering tidak disadari berakibat buruk terhadap
kesehatan seseorang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi misalnya, kini
tergolong penyakit tidak menular yang paling banyak diderita
masyarakat. Namun, sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa dirinya
menderita hipertensi.
Hal itu, menurut Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia Prof dr
Suhardjono, karena hipertensi tidak menunjukan gejala. Tidak sedikit
orang yang datang ke dokter baru diketahui mempunyai hipertensi, bahkan
banyak juga yang sudah mengalami komplikasi organ.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi, tidak bisa
diduga-duga begitu saja, tetapi harus diukur dengan alat pengukur
tekanan darah. Tekanan darah yang normal berkisar antara 120-110/80-70
mmHg. Lebih dari itu, maka kita harus waspada Karena jika terjadi
peningkatan tekanan darah berkepanjangan akan merusak pembuluh darah di
sebagian besar tubuh.
Pada tahap awal, hipertensi memang tidak menunjukkan gejala, tetapi jika
tekanan darahnya mencapai 250, bisa menimbulkan gejala seperti kejang
dan pandangan kabur. Bagi seseorang dengan tekanan darah di atas 160
sudah harus minum obat hipertensi. Dan jika seseorang sudah terkena
hipertensi, seumur hidupnya harus minum obat. Jika tidak minum obat
secara teratur maka hipertensinya tidak terkontrol dan akan berakibat
buruk bagi kesehatan dirinya.
Organ tubuh seperti ginjal, jantung dapat rusak akibat hipertensi yang
tidak diobati dengan benar, Bayangkan, di dalam ginjal terdapat jutaan
pembuluh darah kecil yang berfungsi sebagai penyaring produk sisa darah
yang harus dikeluarkan . Apabila pembuluh darah di ginjal rusak, maka
kemungkinan aliran darah berhenti membuang limbah dan cairan esktra dari
tubuh. Jika cairan melimpah dalam pembuluh darah, maka dapat
meningkatkan tekanan darah. “Tekanan darah yang begitu hebat dapat
merusak dinding-dinding pembuluh darah dan juga bisa merusak jantung,”
kata Prof Suhardjono.
Melihat risiko yang tinggi itu, sangatlah “miris” jika hanya sedikit
saja orang yang mengabaikan kesehatannya. Saat ini prevalensi hipertensi
di Indonesia 31,7 persen atau sepertiga penduduk Indoneisa, sekitar 50
juta lebih penduduk menderita hipertensi. Dari jumlah itu, 50 persennya
tidak mengetahui dirinya hipertensi.Sedangkan dari 50 persen yang tahu
menderita hipertensi, separuhnya tidak minum obat. “Dan parahnya lagi,
dari 50 persen yang minum obat itu, hanya separuhnya yang minum obat
secara teratur. Ini jadi masalah,” ungkap Prof Suhardjono
Perlu upaya prevensi
Meskipun penderita hipertensi harus minum obat seumur
hidupnya, tetapi kualitas hidupnya masih dijaga dengan mengatur pola
makan dan gaya hidup sehaat. Sementara untuk mencegah agar kita
terhindar dari risiko hipertensi, maka sejak dini sudah menjalani hidup
sehat, antara lain, kurangi konsumsi garam, tidak merokok, olah raga
fisik minimal 30 menit sehari, dan perbanyak makan sayur dan
buah-buahan.
Masyarakat Harus Dapat Informasi tentang BPJS
4/26/2014 09:18:00 AM
Fauzan
No comments
Koordinator advokasi BPJS Watch sekaligus anggota presidium KAJS,
Timboel Siregar, mengatakan masyarakat membutuhkan informasi yang pasti
tentang teknis pelaksanaan BPJS. Misalnya informasi tentangmanfaat,
iuran dan pendaftaran kepesertaan. Salah satu hambatan penyampaian
informasi seputar BPJS kepada masyarakat menurut Timboel disebabkan oleh
lambannya pemerintah menuntaskan regulasi operasional�UU SJSN�dan�UU BPJS.
Akibatnya, Timboel melanjutkan, PT Askes dan Jamsostek yang kelak
beralih menjadi BPJS kesulitan melakukan sosialisasi dan persiapan
lainnya untuk pelaksanaan BPJS. Oleh karenanya, pemerintah dituntut
segera menyelesaikan regulasi operasional BPJS sehingga dalam waktu tiga
bulan ini masyarakat mengetahui perihal SJSN dan BPJS. �Lambannya
menerbitkan regulasi operasional, berarti pemerintah telah menyandera
calon BPJS (PT Askes dan Jamsostek,-red),� katanya kepada�hukumonline�di Jakarta, Jumat (27/9).
Soal pengalihan program jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) PT
Jamsostek ke PT Askes yang tahun depan menjadi BPJS Kesehatan, Timboel
berpendapat harusnya kedua BUMN itu menginformasikan secara transparan
dan detail kepada publik atas proses pengalihan tersebut. Utamanya,
informasi itu harus disampaikan kepada serikat pekerja dan asosiasi
pengusaha. Sayangnya, sampai saat ini PT Askes dan Jamsostek terus
berkutat pada proses pengalihan yang dinilai tidak transparan sehingga
menimbulkan kecurigaan dan pesimisme di kalangan serikat pekerja serta
pengusaha atas pelaksanaan BPJS Kesehatan 1 Januari 2014.
Untuk itu Timboel mendorong kedua BUMN calon BPJS itu mempublikasikan
secara terbuka terkait pengalihan JPK. Hal tersebut penting agar
pemangku kepentingan dapat memantau proses pengalihannya. Terpenting, PT
Askes dan Jamsostek perlu aktif menyambangi pekerja dan pengusaha guna
menginformasikan pengalihan itu termasuk teknis pelayanan ke depan.
�Harus meyakinkan pekerja dan pengusaha bahwa peralihan ini tidak akan
merugikan pelayanan kesehatan kepada para pekerja,� ujarnya.
Selain itu, ketika menginformasikan kepada pekerja dan pengusaha tentang
BPJS, PT Askes dan Jamsostek jangan hanya memfokuskan perihal
pengalihan JPK saja, tapi juga keuntungan lainnya yang bakal diterima
peserta BPJS Kesehatan. Misalnya, pelayanan kesehatan tetap dilakukan
selama enam bulan untuk pekerja dan keluarganya walau pekerja yang
bersangkutan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Selain itu, Timboel menekankan BPJS Kesehatan harus tetap melayani
pekerja sekalipun pihak pengusaha belum menunaikan kewajibannya untuk
membayarkan iuran. Sebab, tugas BPJS Kesehatan adalah menagih iuran
tersebut. Timboel akanmenolak keras bila pelayanan kesehatan untuk
pekerja harus didahului oleh pembayaran kewajiban dari pengusaha kepada
BPJS Kesehatan. Selaras dengan itu, BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan
wajib memperkuat divis penagihan iuran jaminan sosial supaya ada
kepastian hukum bahwa pekerja tetap mendapat pelayanan.
Tak ketinggalan Timboel menyebut BPJS Kesehatan dan Ketenakerjaan juga
harus mensosialisasikan tentang putusan MK yang membolehkan pekerja
mendaftarkan diri secara langsung. Dalam melakukan sosialisasi itu
menurut Timboel perlu didukung oleh infrastruktur penerimaan iuran dan
penagihannya kepada pengusaha. Lewat sosialisasi, diharapkan kepesertaan
BPJS dapat ditingkatkan.
Sebelumnya, Kepala Grup Pemasaran PT Askes, Jenni Wihartini, mengatakan
promosi dan sosialisasi BPJS kepada seluruh elemen masyarakat serta
percepatan penerbitan regulasi sebagai acuan teknis BPJS sudah
seharusnya menjadi agenda utama Pemerintah. Menurutnya, PT Askes dan
Jamsostek telah melakukan berbagai upaya persiapan menuju BPJS. Hal itu
dilakukan seiring rencana pengalihan kepesertaan.