Sabtu, 26 April 2014

Kencing manis bisa sembuh ? hati - hati terpedaya iklan

Saat ini banyak sekali iklan – iklan baik di media cetak maupun media elektronik yang menawarkan pelayanan kesehatan untuk penyembuhan berbagai jenis penyakit, salah satunya kencing manis. Lalu apakah benar kencing manis merupakan penyakit yang dapat disembuhkan ?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya kita mengenali terlebih dahulu seluk beluk penyakit kencing manis.
         Didalam tubuh ada sebuah organ bernama Pankreas yang bertugas untuk memproduksi hormon insulin. Tugas hormon insulin sendiri adalah untuk mengantarkan makanan (zat gula) yang kita makan untuk dapat masuk kedalam sel agar dapat diubah menjadi energi yang akan digunakan oleh tubuh kita untuk beraktifitas dan bekerja. Bila diilustrasikan hormon insulin adalah anak kunci yang membawa zat gula, kemudian dipermukaan sel, insulin akan menempel pada reseptor insulin yang bertindak sebagai pintu masuk bagi zat gula. Insulin akan memberi rangsangan yang akan menyebabkan reseptor insulin terbuka dan zat gula dapat masuk ke dalam sel. Apabila jumlah insulin yang mengantarkan zat gula sedikit atau bahkan tidak ada, maka zat gula akan tetap berada didalam darah. Hal inilah yang mengakibatkan tingginya hasil pemeriksaan gula dalam darah, yang dikenal dengan sebutan penyakit kencing manis.
        Kencing Manis merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya kelainan metabolik dimana tubuh tidak dapat atau kurang berhasil memproduksi insulin. Keadaan tersebut akan berlangsung seumur hidup. Sehingga untuk dapat mengantarkan zat gula kedalam sel, tubuh memerlukan bantuan insulin dari luar tubuh yaitu insulin buatan. Namun tidak semua penderita kencing manis memerlukan insulin buatan karena beberapa aktifitas dan obat – obatan tertentu juga dapat merangsang produksi insulin atau meningkatkan sensitifitas reseptor insulin dalam tubuh.
Berdasarkan jenisnya, Kencing manis digolongkan menjadi beberapa tipe, diantaranya :
1. Kencing manis tipe 1
Terjadi karena pankreas dalam tubuh sama sekali tidak dapat menghasilkan insulin. Akibatnya penderita kencing manis tipe 1 mutlak membutuhkan insulin buatan seumur hidupnya. Pada umumnya, kencing manis tipe ini diderita oleh anak – anak dan sangat sulit dideteksi.
 2. Kencing manis tipe 2
Pada tipe 2, pankreas masih dapat memproduksi insulin namun jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Dapat terjadi akibat adanya kerusakan pada Pankreas. Pada umumnya, diidap oleh orang dewasa dan berkaitan erat dengan pola hidup yang kurang sehat seperti asupan gizi yang melebihi kebutuhan tubuh (kegemukan), kurang olahraga, kebiasaan konsumsi makanan manis dan lain sebagainya.

 Saat ini banyak sekali iklan – iklan baik di media cetak maupun media elektronik yang menawarkan pelayanan kesehatan untuk penyembuhan berbagai jenis penyakit, salah satunya kencing manis. Lalu apakah benar kencing manis merupakan penyakit yang dapat disembuhkan ?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya kita mengenali terlebih dahulu seluk beluk penyakit kencing manis.
         Didalam tubuh ada sebuah organ bernama Pankreas yang bertugas untuk memproduksi hormon insulin. Tugas hormon insulin sendiri adalah untuk mengantarkan makanan (zat gula) yang kita makan untuk dapat masuk kedalam sel agar dapat diubah menjadi energi yang akan digunakan oleh tubuh kita untuk beraktifitas dan bekerja. Bila diilustrasikan hormon insulin adalah anak kunci yang membawa zat gula, kemudian dipermukaan sel, insulin akan menempel pada reseptor insulin yang bertindak sebagai pintu masuk bagi zat gula. Insulin akan memberi rangsangan yang akan menyebabkan reseptor insulin terbuka dan zat gula dapat masuk ke dalam sel. Apabila jumlah insulin yang mengantarkan zat gula sedikit atau bahkan tidak ada, maka zat gula akan tetap berada didalam darah. Hal inilah yang mengakibatkan tingginya hasil pemeriksaan gula dalam darah, yang dikenal dengan sebutan penyakit kencing manis.
        Kencing Manis merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya kelainan metabolik dimana tubuh tidak dapat atau kurang berhasil memproduksi insulin. Keadaan tersebut akan berlangsung seumur hidup. Sehingga untuk dapat mengantarkan zat gula kedalam sel, tubuh memerlukan bantuan insulin dari luar tubuh yaitu insulin buatan. Namun tidak semua penderita kencing manis memerlukan insulin buatan karena beberapa aktifitas dan obat – obatan tertentu juga dapat merangsang produksi insulin atau meningkatkan sensitifitas reseptor insulin dalam tubuh.
Berdasarkan jenisnya, Kencing manis digolongkan menjadi beberapa tipe, diantaranya :
1. Kencing manis tipe 1
Terjadi karena pankreas dalam tubuh sama sekali tidak dapat menghasilkan insulin. Akibatnya penderita kencing manis tipe 1 mutlak membutuhkan insulin buatan seumur hidupnya. Pada umumnya, kencing manis tipe ini diderita oleh anak – anak dan sangat sulit dideteksi.
 2. Kencing manis tipe 2
Pada tipe 2, pankreas masih dapat memproduksi insulin namun jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Dapat terjadi akibat adanya kerusakan pada Pankreas. Pada umumnya, diidap oleh orang dewasa dan berkaitan erat dengan pola hidup yang kurang sehat seperti asupan gizi yang melebihi kebutuhan tubuh (kegemukan), kurang olahraga, kebiasaan konsumsi makanan manis dan lain sebagainya.

Waspadai, Hipertensi Merusak Organ Tubuh Secara Diam-diam

Semakin pesatnya teknologi dan mordernisasi, dapat mengubah gaya hidup dan pola makan  yang sering tidak disadari berakibat buruk terhadap kesehatan seseorang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi misalnya, kini tergolong penyakit tidak menular yang paling banyak diderita masyarakat. Namun, sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi.
Hal itu, menurut Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia Prof dr Suhardjono, karena hipertensi tidak menunjukan gejala. Tidak sedikit orang yang datang ke dokter baru diketahui mempunyai hipertensi, bahkan banyak juga yang sudah mengalami komplikasi organ.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi, tidak bisa diduga-duga begitu saja, tetapi harus diukur dengan alat pengukur tekanan darah. Tekanan darah yang normal berkisar antara 120-110/80-70 mmHg. Lebih dari itu, maka kita harus waspada Karena jika terjadi peningkatan tekanan darah berkepanjangan akan merusak pembuluh darah di sebagian besar tubuh.
Pada tahap awal, hipertensi memang tidak menunjukkan gejala, tetapi jika tekanan darahnya mencapai 250, bisa menimbulkan gejala seperti kejang dan pandangan kabur. Bagi seseorang dengan tekanan darah di atas 160 sudah harus minum obat hipertensi. Dan jika seseorang sudah terkena hipertensi, seumur hidupnya harus minum obat. Jika tidak minum obat secara teratur maka hipertensinya tidak terkontrol dan akan berakibat buruk bagi kesehatan dirinya.
Organ tubuh seperti ginjal, jantung dapat rusak akibat hipertensi yang tidak diobati dengan benar, Bayangkan, di dalam ginjal terdapat jutaan pembuluh darah kecil yang berfungsi sebagai penyaring produk sisa darah yang harus dikeluarkan . Apabila pembuluh darah di ginjal rusak, maka kemungkinan aliran darah berhenti membuang limbah dan cairan esktra dari tubuh. Jika cairan melimpah dalam pembuluh darah, maka dapat meningkatkan tekanan darah. “Tekanan darah yang begitu hebat dapat merusak dinding-dinding pembuluh darah dan juga bisa merusak jantung,” kata Prof Suhardjono.
Melihat risiko yang tinggi itu, sangatlah “miris” jika hanya sedikit saja orang yang mengabaikan kesehatannya. Saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia 31,7 persen atau sepertiga penduduk Indoneisa, sekitar 50 juta lebih penduduk menderita hipertensi. Dari jumlah itu, 50 persennya tidak mengetahui dirinya hipertensi.Sedangkan dari 50 persen yang tahu menderita hipertensi, separuhnya tidak minum obat. “Dan parahnya lagi, dari 50 persen yang minum obat itu, hanya separuhnya yang minum obat secara teratur. Ini jadi masalah,” ungkap Prof Suhardjono
Perlu upaya prevensi
            Meskipun penderita hipertensi harus minum obat seumur hidupnya, tetapi kualitas hidupnya masih dijaga dengan mengatur pola makan dan gaya hidup sehaat. Sementara untuk mencegah agar kita terhindar dari risiko hipertensi, maka sejak dini sudah menjalani hidup sehat, antara lain, kurangi konsumsi garam, tidak merokok, olah raga fisik minimal 30 menit sehari, dan perbanyak makan sayur dan buah-buahan.

Semakin pesatnya teknologi dan mordernisasi, dapat mengubah gaya hidup dan pola makan  yang sering tidak disadari berakibat buruk terhadap kesehatan seseorang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi misalnya, kini tergolong penyakit tidak menular yang paling banyak diderita masyarakat. Namun, sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi.
Hal itu, menurut Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia Prof dr Suhardjono, karena hipertensi tidak menunjukan gejala. Tidak sedikit orang yang datang ke dokter baru diketahui mempunyai hipertensi, bahkan banyak juga yang sudah mengalami komplikasi organ.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi, tidak bisa diduga-duga begitu saja, tetapi harus diukur dengan alat pengukur tekanan darah. Tekanan darah yang normal berkisar antara 120-110/80-70 mmHg. Lebih dari itu, maka kita harus waspada Karena jika terjadi peningkatan tekanan darah berkepanjangan akan merusak pembuluh darah di sebagian besar tubuh.
Pada tahap awal, hipertensi memang tidak menunjukkan gejala, tetapi jika tekanan darahnya mencapai 250, bisa menimbulkan gejala seperti kejang dan pandangan kabur. Bagi seseorang dengan tekanan darah di atas 160 sudah harus minum obat hipertensi. Dan jika seseorang sudah terkena hipertensi, seumur hidupnya harus minum obat. Jika tidak minum obat secara teratur maka hipertensinya tidak terkontrol dan akan berakibat buruk bagi kesehatan dirinya.
Organ tubuh seperti ginjal, jantung dapat rusak akibat hipertensi yang tidak diobati dengan benar, Bayangkan, di dalam ginjal terdapat jutaan pembuluh darah kecil yang berfungsi sebagai penyaring produk sisa darah yang harus dikeluarkan . Apabila pembuluh darah di ginjal rusak, maka kemungkinan aliran darah berhenti membuang limbah dan cairan esktra dari tubuh. Jika cairan melimpah dalam pembuluh darah, maka dapat meningkatkan tekanan darah. “Tekanan darah yang begitu hebat dapat merusak dinding-dinding pembuluh darah dan juga bisa merusak jantung,” kata Prof Suhardjono.
Melihat risiko yang tinggi itu, sangatlah “miris” jika hanya sedikit saja orang yang mengabaikan kesehatannya. Saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia 31,7 persen atau sepertiga penduduk Indoneisa, sekitar 50 juta lebih penduduk menderita hipertensi. Dari jumlah itu, 50 persennya tidak mengetahui dirinya hipertensi.Sedangkan dari 50 persen yang tahu menderita hipertensi, separuhnya tidak minum obat. “Dan parahnya lagi, dari 50 persen yang minum obat itu, hanya separuhnya yang minum obat secara teratur. Ini jadi masalah,” ungkap Prof Suhardjono
Perlu upaya prevensi
            Meskipun penderita hipertensi harus minum obat seumur hidupnya, tetapi kualitas hidupnya masih dijaga dengan mengatur pola makan dan gaya hidup sehaat. Sementara untuk mencegah agar kita terhindar dari risiko hipertensi, maka sejak dini sudah menjalani hidup sehat, antara lain, kurangi konsumsi garam, tidak merokok, olah raga fisik minimal 30 menit sehari, dan perbanyak makan sayur dan buah-buahan.

Masyarakat Harus Dapat Informasi tentang BPJS

Koordinator advokasi BPJS Watch sekaligus anggota presidium KAJS, Timboel Siregar, mengatakan masyarakat membutuhkan informasi yang pasti tentang teknis pelaksanaan BPJS. Misalnya informasi tentangmanfaat, iuran dan pendaftaran kepesertaan. Salah satu hambatan penyampaian informasi seputar BPJS kepada masyarakat menurut Timboel disebabkan oleh lambannya pemerintah menuntaskan regulasi operasional�UU SJSN�dan�UU BPJS.
Akibatnya, Timboel melanjutkan, PT Askes dan Jamsostek yang kelak beralih menjadi BPJS kesulitan melakukan sosialisasi dan persiapan lainnya untuk pelaksanaan BPJS. Oleh karenanya, pemerintah dituntut segera menyelesaikan regulasi operasional BPJS sehingga dalam waktu tiga bulan ini masyarakat mengetahui perihal SJSN dan BPJS. �Lambannya menerbitkan regulasi operasional, berarti pemerintah telah menyandera calon BPJS (PT Askes dan Jamsostek,-red),� katanya kepada�hukumonline�di Jakarta, Jumat (27/9).
Soal pengalihan program jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) PT Jamsostek ke PT Askes yang tahun depan menjadi BPJS Kesehatan, Timboel berpendapat harusnya kedua BUMN itu menginformasikan secara transparan dan detail kepada publik atas proses pengalihan tersebut. Utamanya, informasi itu harus disampaikan kepada serikat pekerja dan asosiasi pengusaha. Sayangnya, sampai saat ini PT Askes dan Jamsostek terus berkutat pada proses pengalihan yang dinilai tidak transparan sehingga menimbulkan kecurigaan dan pesimisme di kalangan serikat pekerja serta pengusaha atas pelaksanaan BPJS Kesehatan 1 Januari 2014.
Untuk itu Timboel mendorong kedua BUMN calon BPJS itu mempublikasikan secara terbuka terkait pengalihan JPK. Hal tersebut penting agar pemangku kepentingan dapat memantau proses pengalihannya. Terpenting, PT Askes dan Jamsostek perlu aktif menyambangi pekerja dan pengusaha guna menginformasikan pengalihan itu termasuk teknis pelayanan ke depan. �Harus meyakinkan pekerja dan pengusaha bahwa peralihan ini tidak akan merugikan pelayanan kesehatan kepada para pekerja,� ujarnya.
Selain itu, ketika menginformasikan kepada pekerja dan pengusaha tentang BPJS, PT Askes dan Jamsostek jangan hanya memfokuskan perihal pengalihan JPK saja, tapi juga keuntungan lainnya yang bakal diterima peserta BPJS Kesehatan. Misalnya, pelayanan kesehatan tetap dilakukan selama enam bulan untuk pekerja dan keluarganya walau pekerja yang bersangkutan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Selain itu, Timboel menekankan BPJS Kesehatan harus tetap melayani pekerja sekalipun pihak pengusaha belum menunaikan kewajibannya untuk membayarkan iuran. Sebab, tugas BPJS Kesehatan adalah menagih iuran tersebut. Timboel akanmenolak keras bila pelayanan kesehatan untuk pekerja harus didahului oleh pembayaran kewajiban dari pengusaha kepada BPJS Kesehatan. Selaras dengan itu, BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan wajib memperkuat divis penagihan iuran jaminan sosial supaya ada kepastian hukum bahwa pekerja tetap mendapat pelayanan.
Tak ketinggalan Timboel menyebut BPJS Kesehatan dan Ketenakerjaan juga harus mensosialisasikan tentang putusan MK yang membolehkan pekerja mendaftarkan diri secara langsung. Dalam melakukan sosialisasi itu menurut Timboel perlu didukung oleh infrastruktur penerimaan iuran dan penagihannya kepada pengusaha. Lewat sosialisasi, diharapkan kepesertaan BPJS dapat ditingkatkan.
Sebelumnya, Kepala Grup Pemasaran PT Askes, Jenni Wihartini, mengatakan promosi dan sosialisasi BPJS kepada seluruh elemen masyarakat serta percepatan penerbitan regulasi sebagai acuan teknis BPJS sudah seharusnya menjadi agenda utama Pemerintah. Menurutnya, PT Askes dan Jamsostek telah melakukan berbagai upaya persiapan menuju BPJS. Hal itu dilakukan seiring rencana pengalihan kepesertaan.

 
Design by Free WordPress Themes | Google by Lasantha - Premium Wordpress Themes | Lady Gaga, Salman Khan